Mengapa Stainless Steel menjadi pilihan material untuk Lab Mikrobiologi?

Share

Facebook
Twitter
WhatsApp

Baja stainless ( stainless steel )  merupakan baja perpaduan yang mengandung setidaknya 10,5% kromium. Daya tahan stainless steel terhadap oksidasi yang tinggi di udara dalam suhu lingkungan biasanya dapat dicapai karena adanya tambahan minimal 13% (dari berat) kromium, oleh karena itu stainless steel merupakan baja yang tahan karat.

Lab Mikrobiologi sangat identik dengan kebersihannya, karena di dalam lab mikrobiologi terdapat kegiatan-kegiatan yang mengharuskan ruangan aseptik yang dapat diciptakan dari menghindari sela-sela kosong dalam ruang lab dan membersihkan meja kerja dan sebagainya dengan alkohol. Selain itu penting juga menjaga suhu ruangan sesuai dengan standar lab mikrobiologi yang baik.

Dalam lab mikrobiologi, stainless steel menjadi material pilihan, karena selain tahan karat juga memiliki kelebihan sebagai berikut:

  • Mudah dibersihkan, Ini dikarenakan stainless steel bersifat isolator sehingga tidak mudah ditempeli oleh bahan lain. Hal ini sekaligus memudahkan dalam merawat peralatan stainless steel.
  • Stainless terbuat dari logam yang sangat rapat sehingga tidak mengandung pori-pori. Sudah banyak diketahui bahwa logam merupakan salah satu bahan terkuat. Penggunaan logam akan meminimalisir retak, penyok dan bocor sehingga stainless steel tergolong material yang sangat kuat.
  • Keunggulan utama dari stainless steel adalah sifatnya yang tahan lama dan tidak mudah rusak. Hal ini dikarenakan beberapa bahan dasar pembuatnya diciptakan untuk melindungi bagian-bagian lain seperti nikel dan kromium.
  • Peralatan berbahan dasar stainless steel sangat multifungsi. Ini disebabkan karena stainless steel tidak mempunyai reaksi apapun ketika digunakan untuk berbagai keperluan. Sebagai contoh saat membersihkan material stainless dengan alkohol.

Sumber: www.sppusa.com

Tsabita Adlila

Sales Engineer

PT Lab Technologi Indonesia

Telp/Fax. 021 8731 8685 

Email. Info@labtech-indonesia.com